Rabu, 02 Oktober 2019
Life as an ambivert
Penulis sendiri adalah seorang ambivert. "kalau gue apa min?" kalian bisa cek di 16personalities.com, walau hasil tes tidak terlalu akurat kalian bisa tes berkali kali untuk lebih meyakinkan personalities kamu gimana. Jika sudah menjawab lebih dari 3 kali dan hasilnya sama, kalian bisa percaya web itu. Jadi setelah penulis mencoba tes hasilnya 56% Introvert 44% Extrovert. Hal itu yang membuat saya menjadi seorang ambivert.
Life as an ambivert is quietly hard. Ia senang bertemu banyak orang, menjadi bagian atas pertemuan apapun, bersosialisasi dengan siapapun tapi hal itu juga melelahkan. Jika bertemu dengan seorang extrovert dia akan menyesuaikan dirinya dan sama antusiasnya ketika bercakap. But there's a limit. Dia tidak akan bisa menyeimbangi itu selamanya.
Menjadi seorang ditengah-tengah spektrum antara extrovert dan introvert membuatnya memahami kedua hal tersebut. Ia cenderung akan menyesuaikan diri dengan siapa ia berbicara. Maka tidak sulit baginya untuk dengan orang-orang yang memiliki kepribadian berbeda-beda.
Ambivert memiliki lonceng jam malam, artinya ia tidak bisa keluar seharian tidak berada dirumah dan terus berpesta sepanjang malam itu. Tentu ia sangat ingin menjadi bagian dalam sebuah pesta tapi ia harus tau kalau energinya tidak cukup. Ya mereka ingin bersenang-senang, tetapi mereka juga ingin ditinggal sendirian di akhir hari.
Hal yang sangat penulis sadari dan menjadi skill kebanggan adalah seorang ambivert bisa menganalisis tingkah laku seseorang. Ia dapat memperhatikan hal-hal kecil yang tidak dimiliki orang lain. Mereka dapat memberi tahu alasan di balik tindakan, makna dalam kata-kata, dan isyarat halus dalam gerakan orang lain. Mereka memiliki kemampuan untuk mengamati orang dan dapat memahaminya. Mereka mengerti mengapa orang berperilaku seperti itu karena Ambiver mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang lain.
Menjadi seorang ambivert menyenangkan bukan? Jika kalian merasa mempunyai kesamaan dengan penulis, selamat kamu adalah seorang ambivert!
Life as an ambivert
Sekarang tu banyak anak-anak muda kalau ditongkrongan ngomong "gue terlalu extrovert nih ga bisa gue dirumah mendem begitu" while the other be like "kalau gue anak rumahan banget. gue introvert soalnya". Percakapan kayak gitu bakal sering banget diomongin sama anak-anak jaman now. Tapi ada kah orang yang mau gaul tapi jiwanya mau dirumah juga? Ada, banyak. Ambivert namanya.
Penulis sendiri adalah seorang ambivert. "kalau gue apa min?" kalian bisa cek di 16personalities.com, walau hasil tes tidak terlalu akurat kalian bisa tes berkali kali untuk lebih meyakinkan personalities kamu gimana. Jika sudah menjawab lebih dari 3 kali dan hasilnya sama, kalian bisa percaya web itu. Jadi setelah penulis mencoba tes hasilnya 56% Introvert 44% Extrovert. Hal itu yang membuat saya menjadi seorang ambivert.
Life as an ambivert is quietly hard. Ia senang bertemu banyak orang, menjadi bagian atas pertemuan apapun, bersosialisasi dengan siapapun tapi hal itu juga melelahkan. Jika bertemu dengan seorang extrovert dia akan menyesuaikan dirinya dan sama antusiasnya ketika bercakap. But there's a limit. Dia tidak akan bisa menyeimbangi itu selamanya.
Menjadi seorang ditengah-tengah spektrum antara extrovert dan introvert membuatnya memahami kedua hal tersebut. Ia cenderung akan menyesuaikan diri dengan siapa ia berbicara. Maka tidak sulit baginya untuk dengan orang-orang yang memiliki kepribadian berbeda-beda.
Ambivert memiliki lonceng jam malam, artinya ia tidak bisa keluar seharian tidak berada dirumah dan terus berpesta sepanjang malam itu. Tentu ia sangat ingin menjadi bagian dalam sebuah pesta tapi ia harus tau kalau energinya tidak cukup. Ya mereka ingin bersenang-senang, tetapi mereka juga ingin ditinggal sendirian di akhir hari.
Hal yang sangat penulis sadari dan menjadi skill kebanggan adalah seorang ambivert bisa menganalisis tingkah laku seseorang. Ia dapat memperhatikan hal-hal kecil yang tidak dimiliki orang lain. Mereka dapat memberi tahu alasan di balik tindakan, makna dalam kata-kata, dan isyarat halus dalam gerakan orang lain. Mereka memiliki kemampuan untuk mengamati orang dan dapat memahaminya. Mereka mengerti mengapa orang berperilaku seperti itu karena Ambiver mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang lain.
Menjadi seorang ambivert menyenangkan bukan? Jika kalian merasa mempunyai kesamaan dengan penulis, selamat kamu adalah seorang ambivert!
Lorem ipsum
Lorem ipsum
Archivos del Blog
About Me
- caramel
Blog Archive
Labels
Popular Posts
-
Menara Seoul N adalah sebuah pemancar radio yang terletak di Seoul , Korea Selatan . Gedung ini dibangun pada tahun 1969 , dan dibuka untu...
-
Peterpan Syndrome Tentang Peter pan : Peter Pan adalah seorang tokoh dalam cerita yang ditulis JM Barrie (1860-1937). Peter Pan...
-
Sepuluh empat awalnya cuman kelas biasa yang dihuni oleh 34 siswa. kesan pertama masuk kelas itu kalau gue sih biasa aja soalnya ada 7 sisw...
-
Kalau ngumpul sama anak AXE itu omongannya gak jauh-jauh dari kata Hantu. entah kenapa Hantu sekarang jadi topik utama yang musti di ceritak...
-
Saya datang membawa fakta-fakta menarik yang ada di dunia mau tau?? check this! 1. Coca-cola dulu berwarna hijau. 2. Nama yang paling um...
-
1. Adhitya Alfirsyah Menurut gue ni cowok punya ekspresi datar gak bisa senyum kalau senyum ngeriii >,< badannya jangkung. Dia...
-
Pada permulaan abad Pertengahan, orang-orang Eropa sudah mengenal hasil bumi dari dunia Timur, terutama rempah-rempah dari Indonesia. Den...
-
#1 : Orang Korea tidak suka jika namanya ditulis dengan tinta merah! Yap, hampir sama seperti di Indonesia yang tidak sopan kalau menggu...
-
Orang Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Cornelis de Houtman pada tahun 1596, tepatnya ke daerah Banten. Dari Banten, Co...
-
Nama : Aretha Gea Ardiansyah Nama Panggilan : Gea, Aretha, Gege, Kkuma :3 ...
Label
What time is it?
About Me
- caramel
0 komentar:
Posting Komentar